Babu Manten Part
1: Getting Started
Pernikahan. Setiap orang mendambakannya. Hampir semua
tepatnya. Hal yang indah, juga bisa berarti hal yang mengerikan. Indah karena
kedua mempelai akan menjadi satu dalam mahligai perkawinan. Mengerikan karena
super repot.
Banyak orang yang
tidak ingin direpotkan oleh persiapan pernikahan. Mereka ingin punya asistenuntuk mengurus semua persiapan pernikahan
mereka. Tidak semua orang bisa menjadi asistenpernikahan.
Hal inilah yang menjadi peluang bagi para pelaku wedding organizer. Ehm..bisa
juga orang yang ingin menjadi pelaku wedding organizer.
Apakah Wedding
Organizer itu?
Wedding organizer adalah sebuah kelompok. Kelompok ini
merupakan penggagas kegiatan, khususnya di bidang nikah – menikah. Membuat
suatu acara pernikahan menjadi terkonsep dan termanajemen.
Resiko bisnis Wedding
Organizer
Resiko yang terjadi apabila anda menjadi pelaku bisnis
wedding organizer tidaklah kecil. Gue sudah mengalaminya.
Pertama, anda akan menjadi babu. Ya, anda menjadi
BABU. Babu bagi para klien anda. Anda kerja di bank juga jadi babu bagi pemilik
bank kok. Hehehe. Becanda. Anda akan mengalihkan resiko repot yang seharusnya
jadi milik calon mempelai ke diri anda. Serasa anda akan menikah, tapi orang
lain yang akan melakukan wedding kiss di atas pelaminan.
Kedua, tidak ada. Kalau resiko bangkrut, acara gagal,
itu sudah resiko setiap bisnis. Tukang becak saja tahu. Hehehe.
Prospek bisnis Wedding
Organizer
Banyak wedding organizer bermunculan akhir – akhir
ini. Namun, sebagian besar dari mereka kandas di tengah jalan sebelum meraih
sukses. Bahkan, gue pernah menjumpai wedding organizer yang hanya menjalankan
satu acara pernikahan, gagal total, bangkrut, dan gulung tikar.
Wedding organizer terlihat bagai suatu kegiatan yang
sederhana. Menggiring pengantin, mengarahkan foto, check hidangan pesta, dan
terima duit. Ya simple sekali. Tapii.. semua itu butuh perencanaan yang matang,
tim yang solid, serta seabrek hal lain yang diperlukan. Dan para calon mempelai
berani membayar mahal untuk wedding organizer yang terkenal. Semua demi
kesuksesan acara mereka.
Sedikit gambaran, bayangkan anda adalah seorang fresh
graduate. Hitung saja gaji per bulan seorang fresh graduate yang bekerja di
bidang perbankan adalah 1,5 juta. Sedangkan penghasilan yang dapat anda peroleh
apabila menjalankan bisnis ini adalah sebesar 1 – 3 juta per acara. Asumsi anda
hanya dapat menjalankan satu acara pernikahan dalam satu bulan. Totally,
perkiraan potensi penghasilan anda akan mencapai 4,5 juta per bulan. Jumlah
yang sedikit bagi Bill Gates.
Babu Manten Part 2: Persiapan
Tahap persiapan adalah
tahap yang harus dijalankan. Gue menghabiskan waktu 1 minggu dalam persiapan
menjalankan wedding organizer. Dan tahapan ini berlanjut terus secara
bekesinambungan sampai sekarang.
The baby must have a name
Gue tidak asal – asalan
dalam memberikan nama kepada wedding organizer gue. Dulu sempat terpikir nama
Bubble. Gelembung dalam bahasa Indonesia. Memiliki arti bahwa bisnis ini akan
terus menggelembung dan terlihat cantik. Membuat orang iri hati akan
keindahannya. Sama seperti gue waktu melihat gelembung sabun. Ingin memecah
gelembung itu saking imutnya.
Nama apapun yang anda
pilih sebetulnya tidak menjadi masalah. Tetapi, nama dapat memberikan anda
spirit dan visi dalam menjalankan bisnis ini. Pilihlah nama yang memiliki arti,
dan akan anda ingat selamanya. Beri nama wedding organizer anda seperti anda
memberi nama kepada bayi anda.
Gue ga jadi memilih nama
Bubble pada akhirnya. Gue pilih nama yang lebih keren.
Home for the baby
Sebuah bisnis harus
memiliki kantor. Tempat anda bertemu dengan klien. Tempat untuk meeting bersama
crew. Tempat menyimpan peralatan. Tempat anda berkembang bersama bisnis anda.
Bila belum mempunyai modal
yang cukup, anda bisa menjadikan rumah anda sekarang ini menjadi kantor. Banyak
pelaku bisnis wedding organizer yang menjadikan garasi di rumahnya menjadi
kantor. Dan sudah menjadi hal yang wajar apabila wedding organizer bertempat di
rumah yang susah dicari.
Sebetulnya kalau niat dan
punya modal, anda hanya perlu sekitar 20 juta untuk merenovasi garasi menjadi
kantor. Itu pun sudah termasuk meja dan kursi kerja, meja dan kursi untuk duduk
berdiskusi dengan klien, AC, kartu nama, company profile, website, lengkap deh.
Untuk sebagian orang, 20
juta adalah hal yang besar. Tetapi anda bisa menggunakan fasilitas tersebut
dalam jangka waktu panjang, dan bisa digunakan juga untuk join dengan usaha
anda yang lain. Jasa travel dan kantor desainer misalnya.
Apabila anda belum
mempunyai uang, anda bisa memulai dengan cara yang gue lakukan. Menggunakan
barang seadanya dulu.
Peralatan dan pelengkapan
Pertama kali buka wedding
organizer, gue rajin banget ke rental pengetikan. Gue selalu ngeprint semua
dokumen di rental pengetikan. Mulai dari surat perjanjian, susunan acara, kartu
MC, dll. Ini semua karena gue ga punya printer.
Printer, scanner, telepon
telkom, handphone, komputer, internet, dan fax. Itu semua peralatan yang
dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan bisnis wedding organizer. Karena waktu
itu gue ga punya printer, gue jadi kesusahan sendiri. Buang waktu, duit, dan
tenaga.
Sebagian peralatan yang
lain adalah: Handy Talkie, seragam, kotak sumbangan, alat tulis, gunting,
spidol, stapler, pita – pita, tampan, gelas toast, gelas shampagne, botol
shampagne (biasa isi Fanta merah), gembok dan kunci kotak sumbangan, kartu
pengganti buku tamu cadangan, buku tamu (min. 3 x 2 warna), dll.
Selama ini, gue cuma
pernah melayani wedding chinese. Gue belum pernah dapat kesempatan untuk
menjadi wedding organizer pernikahan adat yang lain. Nah, untuk tambahan
peralatan untuk wedding chinese adalah: peralatan pai ciu, mangkok sawur beras
kuning, payung sawur, mangkok ronde dan misoa, dll.
Untuk perlengkapan kantor,
gue menggunakan meja dan kursi seadanya. Rumah gue susun sedemikian rupa
sehingga klien yang datang bisa merasa nyaman namun dalam suasana profesional.
Modal
Gue start dengan kongsian.
Kerjasama dengan teman. Dekati teman anda yang anda pandang mampu dalam hal
finansial. Kasi tau rencana anda serta keuntungan buat teman anda.
Kalau anda beruntung
(emang undian?), teman anda akan memberikan kucuran dari teman anda. Buatlah
surat pernjanjian kerjasama, kalau bisa dengan tandatangan bermaterai dua copy.
Satu untuk teman anda, satu untuk anda sendiri, gue ga usah (halah).
Surat perjanjian kerjasama
adalah bukti penguat yang paling sederhana. Tulis dengan lengkap detail
kerjasama antara anda dan teman anda. Bila perlu, jelaskan posisi dan job
description masing – masing. Apakah teman anda hanya sebagai investor, atau
rekan bisnis yang ikut dalam kegiatan operasional. Terangkan juga kapan modal
teman anda akan kembali, beserta dengan jumlah keuntungan apabila ada.
Gue sangat terbantu dengan
adanya kerjasama. Modal yang gue keluarin ga seratus persen. Jadi lebih enteng.
Dan gue orang yang bertanggung jawab, kongsian gue hamil, walaupun dia adalah
cowo! Ehm..enough for the silly joke. Modal dia udah balik beserta dengan
keuntungannya.
Sekedar tips, kalau
keuangan wedding organizer anda sudah kuat, buatlah bentuk usaha yang memiliki
kekuatan hukum. PT atau CV misalnya. Hal ini membuat klien anda lebih percaya
kepada wedding organizer milik anda.
Crew
Gue pernah berimajinasi menjadi Naruto. Punya kage bunshin no jutsu (jurus membelah diri jadi banyak).
Biar gue ga usah bayar gaji crew MUAHAHA..(kali ini ga ada kecoa yang merambat
masuk mulut gue)
Crew adalah orang – orang
yang akan membantu anda dalam menjalankan operasional wedding organizer anda.
Dalam wedding organizer gue, gue memiliki lima orang crew. Setiap crew memiliki
tugas masing – masing.
Menurut Yudhi Megananda dalam bukunya 7 langkah jitu membangun bisnis
event organizer, ada lima pembagian tugas utama crew. Pemasaran,
Kreatif, Produksi, Artist & Talent, Keuangan. Crew
pemasaran bertugas memasarkan wedding organizer anda. Crew kreatif membuat
konsep acara. Crew produksi adalah koordinator semua keperluan acara. Crew
artist & talent mengurusi bintang tamu acara. Crew keuangan, jelas,
memegang keuangan wedding organizer anda.
Untuk sementara, gue masih
memegang semua peranan di atas. Mulai dari pemasaran, hingga keuangan. Hal ini karena
wedding organizer jauh lebih simple daripada event organizer. Yang pasti, gue
belum sanggup punya karyawan tetap. Ya, gue malu.
Lha kerja crew gue
sekarang apa? Membantu gue dalam melaksanakan acara. Sebagian membantu gue
untuk pemasaran dengan sistem komisi. Ada juga yang bertugas sebagai produksi,
menyiapkan peralatan. Tugas gue sebagai stage manager / show director
(sebutannya macam – macam, tapi yang pasti gue di depan panggung terus
mengawasi jalannya acara, posisi di dekat kamera foto dan video).
Biar simple, sebut saja
mereka A, B, C, D, dan E. A bertugas di bagian sound dan lighting, sekaligus
pengawas dari bagian belakang. B bertugas di bagian produksi, mengurus
peralatan sebelum dan sesudah pesta, sekaligus membantu tugas gue sebagai
asisten show director. C bertugas sebagai pengawas makanan bagi tamu undangan,
juga merangkap sebagai runner. D & E, keduanya bertugas di depan dekat meja
penerima tamu, menjaga kotak sumbangan dan membantu keluarga yang menjaga tamu,
sekaligus sebagai pendamping pengantin sebelum masuk ke ruangan pesta.
Babu Manten Part 3: Menjual Diri
Banyak cara untuk
mendapatkan klien. Tapi yang terpenting adalah klien pertama. Mengapa? Karena
dari klien pertama gue belajar banyak. Dan bagi sebagian besar orang, klien
pertama anda tidak akan terlupakan.
Beberapa cara yang gue
lakukan untuk mendapatkan klien:
-
Pasang iklan di media massa
-
Cerewet ke semua orang kalau gue punya wedding organizer
-
Sebar brosur ke tempat – tempat strategis
-
Bekerja sama dengan vendor
Pasang iklan di media massa
Koran, tabloid, selebaran,
radio, internet. Banyak sekali media massa yang bisa anda beli space iklannya.
Hal ini dilakukan tidak hanya oleh pelaku bisnis wedding orgnanizer. Khususkan
di media massa yang berorientasi di dunia pernikahan. Majalah Weddingku
misalnya.
Cerewet ke semua orang
Waktu pertama kali wedding
organizer gue berdiri, gue memberitahu ke semua orang yang gue kenal. Biar
kalau mereka tahu ada yang mau married, mereka bakal kasi tau ke gue. Cara ini
cukup efektif menurut pengalaman gue.
Sebar brosur
Cetak brosur. Sebarkan.
Biasanya gue sebar di tempat ibadah. Tempat ibadah adalah tempat dengan
kemungkinan tertinggi untuk mendapat klien pengantin. Gue ga tau kenapa, tetapi
pengalaman gue berkata demikian.
Gue juga pernah menyebar
brosur di sekolahan. Bukan untuk mencari pasangan yang hamil di luar nikah
terus pake wedding organizer gue untuk pesta MBA (Married by Accident). Tetapi
ada juga kesempatan mereka akan bilang ke saudara mereka. Kadang gue juga dapet
tawaran job sweet seventeen party.
Bekerja sama dengan vendor
Jujur, gue paling banyak
dapet klien dari vendor. Vendor bisa jadi pihak dekorasi, gedung pernikahan,
sound and lighting, bridal, dll.
Caranya gampang kok. Gue
dateng. Kenalan. Titip brosur.
Gue juga buat penawaran
dengan sistem komisi. Kalau salah satu vendor tersebut bisa kasi gue klien, gue
kasi komisi ke mereka. Tentunya setelah deal dengan klien.
Selain cara – cara di
atas, gue juga pernah membuat promosi gila. Mungkin saking stres ga dapet
klien. Gue bikin harga wedding organizer gue jadi murah banget. Dari yang
harusnya untung 1 – 3 juta, jadi untuk Cuma 300 ribu! Itu aja masih dibagi dua
dengan kongsian gue. Menyedihkan, tapi gue dapet dua klien, saudara sang
pengantin.
Babu Manten Part 4: Mengolah Klien
Gue sempet bingung pertama
kali ketemu dengan klien. Gue ga siap. Apa yang harus gue omongin supaya klien
itu bisa jadi klien pertama gue.
Waktu itu, gue yang
mendatangi rumah sang klien. Nama klien gue Candra dan Indri.
Sampai di rumah mereka,
ternyata mereka tidak menyeramkan. Tidak seperti bertemu dengan bos mafia. Yang
kalau gue salah omong sedikit langsung ditembak. Mereka ramah.
“Gimana kabarnya koh,
cie?” sapa gue pertama kali. Kebetulan mereka orang tionghoa.
“Baik,” jawab mereka
serempak sambil duduk. Gue ikut duduk.
“Pernah kawinan di mana
aja?” tanya Candra.
Mati gue. Gue belum pernah
dapet klien. Mereka ingin tahu reputasi gue.
“Belum pernah koh,” gue
jawab dengan jujur dan mantap.
“Harganya berapa?” lanjut
mereka.
Gue lega. Ternyata mereka
money oriented. Lebih suka dengan harga. Gue jawab harga wedding organizer gue,
harga normal.
Sempat terjadi negosiasi.
Ga alot banget. Dan kita dapet harga yang pas. Tidak terlalu tinggi bagi
mereka. Tidak terlalu rendah bagi gue. Lebih rendah dari harga pasar sih, tapi
ga masalah, ini calon klien gue yang pertama, gue harus deal!
Dan yang bikin gue seneng,
mereka mau memberikan uang muka, sebagai tanda jadi di akhir sesi ketemuan itu.
Gue udah mules dan hampir kecepirit di celana saking senengnya. Its a deal! Gue
dapet job! My first job!
Rundown
Rundown adalah susunan
acara. Setiap wedding organizer mempunyai susunan acara yang menjadi ciri khas
mereka. Rundown juga menjadi hal pertama yang gue jelasin ke calon klien gue.
Tentunya tidak secara detail.
Menjelaskan rundown adalah
cara supaya klien gue mengerti, bahwa gue tahu apa yang gue lakukan. Tidak asal
– asalan.
Waktu ketemuan sama Candra
dan Indri, gue menjelaskan rundown hari pernikahan mereka dari dua sudut
pandang. Apa yang gue lakukan. Apa yang mereka lakukan.
Sebelum gue lanjutin,
rundown gue secara umum seperti ini:
Rundown Pernikahan (secara Internasional)
03.00 Morning Call – Telepon klien, memastikan mereka sudah bangun
04.00 Make Up – Klien sudah sampai di bridal
07.00 Prosesi Pasang Jas
08.00 Prosesi Tutup Waring
08.30 Prosesi Temu Pengantin
09.30 Berangkat ke tempat pemberkatan
10.00 Prosesi pemberkatan
12.00 Catatan Sipil
13.00 Foto kamar pengantin
14.00 Break & Lunch
15.00 Retouch – Make Up lagi
17.30 Menuju tempat resepsi
18.00 Resespsi
Untuk detailnya, gue akan ceritakan
di Part 5: Jalan Event.
Gue ceritakan secara rinci
ke Candra dan Indri. Mulai dari pagi hari gue telpon mereka. Memastikan mereka
sudah bangun. Sampai ke akhir acara. Biasanya, calon klien akan memperhatikan
dengan seksama. Yang kebanyakan bicara adalah gue.
Sesekali gue bertanya
mereka. Menyesuaikan dengan adat dan kebiasaan keluarga mereka. Ada klien yang
ingin waktu temu pengantin di jam – jam tertentu. Harus tepat waktu. Tidak
boleh lebih atau kurang.
Konsep Pernikahan
Setelah mereka jelas tentang
rundown hari pernikahan mereka, gue tanya mereka tentang konsep yang mereka
inginkan.
Banyak konsep yang dapat
disajikan kepada klien. Dari segi makanan, apakah konsep duduk (round table)
atau prasmanan. Apakah ada show hiburan dancer, penyanyi, artis, sirkus, dll.
Apakah pengantin mau show. Apakah acara bertema kerajaan, negeri dongeng, atau
standar.
Yang masih fresh teringat
di ingatan gue adalah pernikahan Andre dan Nonik. Dimana Andre, sang mempelai
pria, show main gitar listrik sambil nyanyi sebuah lagu sebelum menjemput
Nonik, mempelai wanita. Seperti konser – konser, sebelum lagu berakhir, Andre
melemparkan gitar, lalu memakai jas yang dibantu oleh pagar bagus. Menjeput
Nonik di pintu masuk utama hall pernikahan. Tepuk tangan para tamu undangan langsung
bergemuruh tanpa ada komando dari pembawa acara. Waktu itu gue serasa ingin
teriak, “Wedding Organizer nya Gue Lohhh!”
Banyak sekali bagian –
bagian dari rundown yang bisa kita modifikasi demi mendapatkan konsep yang
lain-daripada-yang-lain. Yang perlu gue lakukan hanya meminta ijin dari yang
punya gawe, alias sang mempelai, untuk mewujudkan konsep – konsep yang gue
punya.
Pencarian Vendor & Budgeting
Rundown awal yang sudah
dilengkapi dengan konsep acara bukan rundown yang sudah fixed. Belum selesai.
Gue harus masih melengkapi daftar vendor yang akan gue pakai untuk acara
pernikahan klien gue.
Di awal gue mendirikan
wedding organizer, gue ga punya kenalan sama sekali. Gue adalah orang ganteng
dalam tempurung. Belum tahu mendalam tentang dunia wedding organizer.
Yang menjadi andalan gue
waktu itu adalah internet.
Melalui internet gue bisa mencari vendor – vendor yang gue
butuhkan. Mulai dari: Katering,
dekorasi, gaun pengantin, jas pengantin, make-up artist, MC / pembawa acara,
dancer, band, photo, video, undangan, suvenir, wedding cake, mobil pengantin,
lighting, sound, special effect, pagar ayu, catatan sipil, petugas tempat
ibadah, florist, dll.
Gue biasanya menyempatkan
satu dua hari dalam sebulan untuk mengunjungi para vendor relasi gue. Selain menjalin
tali silahturami, gue juga bisa update price list mereka. Jadi gue bisa
langsung menawarkan jasa mereka kepada klien gue. Apalagi klien gue orang yang
sibuk, yang menyerahkan semua keputusan di tangan gue, sampai dengan negosiasi
harga.
Dari hasil mempunyai
relasi vendor – vendor, gue juga jadi punya ilmu pengetahuan lebih. Gue jadi
tahu lebih banyak detail – detail yang dibutuhkan untuk mengadakan sebuah pesta
pernikahan. Sebuah nilai tambah, tetapi gue ga akan membuka jasa sejenis. Gue
hanya konsentrasi di wedding organizer saja.
Dalam mencari vendor,
tidak sepenuhnya semua pilihan ada di tangan gue. Ada pengantin yang bisa
mencari vendor sendiri, sesuai dengan keinginan mereka. Gue seneng banget kalo
ada klien yang begitu. Kerjaan gue jadi lebih ringan, bayaran tetep full.
Muahaha.
Babu Manten Part 5: Jalan Event Prosesi Pagi
Ini adalah saat yang
paling bikin jantung gue berdebur – debur tak karuan. Berdebar – debar ding.
Sehari sebelum event,
biasanya gue ga bisa tidur. Sampai event wedding gue yang terkahir, gue masih
ga bisa tidur. Bisa tidur pun cuma satu dua jam. Gue sampe sekarang masih belum
ketemu penyebabnya. Walaupun semua persiapan sudah beres.
Persiapan
Semua urusan vendor, dari
dekorasi sampai katering harus selesai minimal tiga hari sebelum hari H. Kadang
ada beberapa hal kecil yang bisa selesai tiga jam sebelum pesta resepsi
dimulai.
Rapat dengan crew biasanya
gue adakan tiga hari sebelum event. Di rapat crew ini berisi briefing tugas
masing – masing crew pada hari H.
Dua hari sebelum hari H,
semua peralatan pendukung udah masuk di mobil. Mobil gue serasa jadi mobil
tempur dengan kelengkapan perangnya. Mau tempat sumbangan ada. Mau confetti
ada. Mau fanta botol ada. Mau deterjen ada. Mau biskuit ada. Halah. Ngelantur.
Morning Call dan Sesi Make Up
Pagi hari, gue bangun
subuh untuk membangunkan kedua mempelai dan keluarga melalui telepon. Sekaligus
gue bersiap mandi dan sarapan.
Gue start pertama kali di
tempat make up mempelai. Maksimal satu jam sebelum make up selesai. Kesempatan
ini gue gunakan untuk menyapa mempelai beserta orang tuanya. Basa – basi yang
sering gue gunain, “Tidurnya nyenyak?” dan rata – rata klien menjawab, “Tidak.”
Setelah basa – basi
sebentar dengan mempelai, gue lanjutkan dengan briefing ulang para crew gue.
Memastikan mereka sudah siap tempur dan menyampaikan update terkini tentang
perkembangan event di hari tersebut. Bisa saja perubahan kecil susunan acara
atau rebutan siapa yang bakal mengoperasikan confetti.
Confetti adalah alat yang
digunakan untuk meletuskan taburan kertas. Biasanya digunakan pada saat wedding
kiss. Gue dan crew rebutan untuk mengoperasikan confetti karena hal yang paling
menyenangkan waktu job adalah saat itu. Tentunya hal yang paling menyenangkan
lagi adalah saatnya makan setelah event.
Setengah jam sebelum make
up mempelai dan keluarga selesai, ada crew yang meluncur ke tempat lokasi
prosesi pemasangan jas untuk melakukan persiapan.
Prosesi Pasang Jas
Persiapan yang dilakukan
oleh crew gue di tempat prosesi pasang jas tidak sulit. Dia hanya memastikan
kamar sudah didekor. Selain itu dia juga bertugas menyiapkan jas, sarung
tangan, sepatu, kaos kaki, hand bouquette, corsase, dll. Semua peralatan
pendukung prosesi pasang jas.
Prosesi pasang jas adalah
acara dimana mempelai pria sedang bersiap – siap dibantu oleh orang tua dan
bisa juga pengapit (dua cowok).
Setelah semua siap, crew
foto dan video hadir, maka prosesi bisa langsung dilaksanakan. Biasanya
pengarah prosesi adalah crew foto atau video. Ini karena prosesi ini ada untuk
didokumentasikan oleh pihak foto dan video. Namun, pernah juga pihak wedding organizer
ditunjuk untuk mengarahkan jalannya prosesi ini.
Dimulai dari mempelai pria
pura – pura dandan di depan cermin. Merapikan rambut dan bulu ketek. Halah.
Setelah itu, orang tua
mempelai pria datang, disambut dengan hormat mempelai pria. Berikutnya, ibu
mempelai pria mengambil jas, lalu memakaikannya ke mempelai pria bersamaan
dengan ayah mempelai.
Setelah jas dirapi –
rapikan, orang tua memberikan hand bouquette (bunga tangan) kepada mempelai
pria. Dilanjutkan dengan pemasangan corsase, tetapi terbalik. Dipasang terbalik
bukan berarti tanpa maksud. Corsase akan diputar ke atas, ke posisi yang
seharusnya, oleh mempelai wanita pada saat prosesi temu manten nanti.
Setelah mempelai pria siap
berangkat, orang tua menggandengnya ke pintu keluar untuk diserahkan kepada
pengapit yang sudah siap menunggu. Di saat yang bersamaan, sudah ada crew gue
yang menyiapkan mobil pengantin di depan.
Prosesi Tutup Waring
Kalau prosesi pasang jas
adalah untuk mempelai pria, prosesi ini untuk calon pasangannya, mempelai
wanita.
Prosesi ini bercerita
tentang mempelai wanita yang ‘disiapkan’ oleh kedua orang tuanya. Supaya waktu
ketemuan dengan pihak cowok sudah terlihat cantik dan sempurna. Gaya bahasa gue
tinggi banget ya?
Diawali dari mempelai
wanita yang sedang merapikan aksesoris yang dikenakannya. Mahkota. Kalung.
Anting – anting. Gelang. Lalu datanglah orang tua mempelai wanita seraya
disambut hormat yang paling dalam dari mempelai wanita. Lalu mereka pun terbang
ke nirwana untuk…kok jadi dongeng? Hahaha..
Back to laptop eh, topic.
Setelah memberikan hormat
dan cipika cipiki (cium pipi kiri cium pipi kanan) kepada orang tuanya,
mempelai wanita lalu duduk di kursi yang telah disiapkan. Disiapkan oleh crew
tentunya. Setelah itu, kedua orang tua memastikan bahwa anaknya sudah cantik.
Mereka berdua memeriksa kembali aksesoris yang dikenakan sang mempelai.
Setelah yakin sudah oke,
kedua orang tua perlahan – lahan menutupkan waring mempelai wanita. Waktu
hampir tertutup, mempelai ikut mengarahkan waring dengan kedua tangannya.
Kembali kedua orang tua merapikan waring yang sekarang sudah dalam posisi
tertutup.
Prosesi tutup waring
selesai, tinggal menunggu mempelai pria yang sedang dalam perjalanan untuk
menemui sang mempelai.
Prosesi Temu Manten
Kadang, masih ada pihak
orang tua yang memingit kedua anaknya. Kedua anaknya tidak boleh ketemu dalam
jangka waktu yang lumayan lama. Kira – kira seminggu sebelum hari H atau lebih.
Hal ini bertujuan supaya kedua mempelai jadi lebih gregetan ingin bertemu pada
hari H. Tapi sekarang sudah ada handphone, facebook, twitter, dll. Pingitan
sudah jarang lagi digunakan.
Mempelai pria sudah sampai
di tempat mempelai wanita ditemani oleh dua pengawalnya. Pengapit yang
merupakan teman atau bisa juga saudara yang masih seumuran dan masih single.
Perlahan, dia berjalan
mendekati ruang temu manten, tempat mempelai wanita berada. Orang tua mempelai
wanita sudah berdiri menunggu kedatangannya di pintu masuk. Melihat calon
mertua sudah di depan pintu, mempelai pria dan kedua pengapit serempak memberikan
hormat. Kedua pengapit lalu menyerahkan mempelai pria ke pihak orang tua
mempelai wanita.
Saat yang paling ditunggu,
karena setelah prosesi ini, kedua mempelai akan ‘setengah sah’ menjadi pasangan
pengantin.
Kedua orang tua mempelai
wanita perlahan menggandeng mempelai pria mendekati mempelai wanita. Mempelai
wanita menyambut kedatangan mempelai pria dengan berdiri dari kursi tempat dia
duduk. Kedua mempelai senyum – senyum bahagia melihat pasangannya yang sudah
cantik dan ganteng.
Setelah saling berhadapan,
mempelai pria menjabat tangan dan mencium tangan mempelai wanita. Pada saat
yang bersamaan, kedua orang tua mempelai wanita mundur perlahan.
Mempelai wanita melihat
corsase yang menempel di jas mempelai pria dipasang terbalik. Dia pun melepas
corsase tersebut, lalu memasang bunga jas itu lagi ke posisi yang benar.
Prosesi temu manten
dilanjutkan dengan memberikan hand bouquette kepada mempelai wanita. Memastikan
hand bouquette yang diberikan mempelai pria dalam kondisi maksimal, mempelai
wanita mencium aroma bunga tangan tersebut. Walaupun pada prakteknya, hand
bouquette sekarang sudah ga ada yang wangi sama sekali. Tapi, ini demi
dokumentasi, jadi si mempelai wanita harus menganggap bunga di hand bouquette
wangi se-wangi-wangi-nya. Kasian deh lo. Xixixi.
Saat ini, sudah ada crew
gue yang berada di tempat pemberkatan untuk mempersiapkan prosesi pemberkatan.
Prosesi temu manten
selesai. Apabila masih ada waktu sisa, keduanya bisa istirahat sejenak untuk
sekedar minum air mineral, sambil menunggu waktu keberangkatan ke tempat ibadah
untuk prosesi pemberkatan.
Prosesi Pemberkatan
Ini adalah saat yang
krusial. Tidak selalu setiap prosesi sebelumnya berjalan dan selesai tepat
waktu. Gue pernah menyaksikan salah satu wedding organizer kocar – kacir tak
karuan. Pada saat itu, gue bertugas sebagai pengapit kedua mempelai dan belum
terjun di dunia wedding organizer.
Kejadiannya, prosesi
pemberkatan dimulai tepat pukul sepuluh. Sedangkan prosesi temu manten baru
selesai pada jam yang sama, jam sepuluh tepat. Setibanya di tempat pemberkatan,
jam setengah sebelas, pihak tempat pemberkatan sudah menutup rapat pintu
masuknya. Gue ga tahu apa yang terjadi selanjutnya. Yang pasti, gue akan
menangis histeris sambil pipis di celana kalau itu terjadi pada wedding
organizer gue. Amit amit! Sumpah amit amit!!
Lanjut.
Kedua mempelai berangkat
ke tempat pemberkatan. Tempat dimana kedua mempelai akan sah menjadi pasangan
suami istri secara hukum agama.
Di tempat pemberkatan,
crew gue sudah menyiapkan meja penerima tamu. Lengkap di atasnya terdapat buku
tamu, alat tulis, dan kotak sumbangan. Kotak sumbangan di sini berguna karena
ada beberapa pengantin yang membagi undangan pernikahan di dua tempat. Di
tempat pemberkatan dan di tempat resepsi. Kotak sumbangan berguna untuk berjaga
– jaga apabila hal ini terjadi, sehingga tamu undangan yang datang bisa
memasukkan amplop sumbangan ke tempat yang layak. Gue usahakan kotak sumbangan
yang gue punya bertema netral, bisa digunakan di tempat ibadah manapun.
Di prosesi pemberkatan
ini, gue hanya bertugas menyiapkan meja penerima tamu saja. Karena seluruh
prosesi pemberkatan akan menjadi hak dan tanggung jawab pihak tempat ibadah,
dan gue menghormatinya dengan tidak ikut campur dalam prosesi tersebut. Yang
bisa gue lakukan untuk membantu adalah membuat kedua mempelai datang paling
lambat sepuluh menit sebelum waktu yang ditentukan.
Setelah kedua mempelai
masuk untuk mengikuti prosesi pemberkatan, ini saat bagi gue dan crew untuk
istirahat. Kesempatan ini biasanya gue gunakan untuk makan siang. Menyiapkan
tenaga untuk acara selanjutnya.
Sebelum prosesi
pemberkatan selesai, gue dan crew mempersiapkan tempat catatan sipil. Catatan
sipil biasanya dilakukan di tempat pemberkatan, di ruangan khusus. Yang
disiapkan adalah sebuah meja dan beberapa kursi untuk kedua mempelai, orang tua
mempelai, dua saksi, dan petugas catatan sipil.
Biasanya petugas catatan
sipil datang di tempat pemberkatan satu hingga dua jam setelah prosesi
pemberkatan dimulai. Bisa juga sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
bersama.
Crew gue juga akan
memastikan pihak foto dan video sudah siap di tempat catatan sipil sebelum
proses pencatatan dimulai.
Catatan sipil selesai.
Selesai pula prosesi pemberkatan. Saatnya foto kamar pengantin.
Foto kamar pengantin
diadakan di kamar tempat prosesi temu manten diadakan. Kamar inilah tempat
terjadinya malam pertama kedua mempelai. Well, jujur gue ga pernah menjadi
organizer malam pertama. Pihak yang dibutuhkan adalah pihak foto dan video,
serta kedua mempelai saja. Orang tua dan pihak yang lain bisa istirahat untuk
memulihkan tenaga untuk prosesi resepsi.
Di saat ini, gue dan crew
akan pulang untuk mandi, merebahkan badan sejenak, istirahat. Waktu break.
Break bisa gue nikmati
apabila semua persiapan di gedung resepsi berjalan lancar. Apabila ada hal
mendesak, gue ga dapet jatah break, langsung menuju ke gedung untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi. Namun, beruntung gue selalu bisa break.
Terima kasih Tuhan.